KITA PEDULI, KITA BISA ATASI
BERSAMA KITA BANGUN KEMANDIRIAN

Rabu, 05 Januari 2011

STANDARD OPERASIONAL PROSEDURE (SOP) REVIEW KEUANGAN

1. PENDAHULUAN

Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan lembaga masyarakat yang dibentuk berdasarkan nilai–nilai universal dan berfungsi sebagai board of trustee. Dalam mengemban amanah masyarakat dan melaksanakan peran fungsinya,  BKM mengacu pada mekanisme yang berlaku di P2KP dan aturan main yang telah disepakati oleh masyarakat yang tertuang dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART). Untuk menjalankan peran fungsinya, secara operasional BKM telah dibantu secara langsung oleh sekretariat dan UP- UPnya.

Pada sisi lain BKM inilah yang berfungsi untuk menjamin bahwa semua aset dan keuangan organisasi telah dikelola secara tepat serta Sekretariat dan UP-UP sepenuhnya dapat bertanggung jawab pada tugasnya. Untuk mengetahui transparansi dan akuntabilitas manajemen keuangan serta sesuai amanah yang diberikan oleh masyarakat kepada BKM, maka diperlukan kegiatan review keuangan secara rutin.

Review keuangan sebenarnya merupakan sebuah alat bagi manajemen yang terkait dengan semua prosedur keuangan sebuah lembaga. Tim atau panitia review harus melakukan penilaian terhadap kegiatan, laporan-laporan, kebijakan, dan prosedur-prosedur keuangan untuk mengetahui kondisi pengelolaan keuangan. Oleh sebab itu, Panitia review harus melakukan wawancara dan observasi langsung untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berfungsi untuk memverifikasi tingkat ketepatan kegiatan, kebijakan, kelayakan laporan-laporan, dan kepatuhan terhadap prosedur-prosedur keuangan yang berlaku (lihat ceklis Lampiran). Jawaban yang diterima dan keputusan Panitia review akan ditentukan dari sampel transaksi dan dokumentasi-dokumentasi yang dipilih untuk diteliti dan diverifikasi.  
Hasil akhir yang hendak dicapai dari review keuangan adalah rekomendasi terhadap pengelolaan keuangan ke depan agar lebih transparan dan akuntabel, pembukuan sesuai standard P2KP, dan peningkatan pengembalian angsuran KSM (Repayment Rate).


2. TUJUAN

Tujuan review keuangan adalah untuk mengetahui transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan.


Untuk lebih lengkapnya mengenai Review Keuangan di Sekretaris dan UPK BKM silakan anda klik link dibawah ini :

DOWNLOAD Review Keuangan
Read more »

Rabu, 22 Desember 2010

TUTUP BUKU (CLOSING ENTRY) DI UNIT PENGELOLA KEUANGAN (UPK)

UPK sebagai salah satu Unit kegiatan usaha BKM, setiap akhir tahun buku harus mempertanggungjawabkan kegiatan serta hasil pengelolan keuangan kepada BKM sebagai pemberi mandat. Selanjutnya, BKM akan mempertanggungjawabkan hasil pengelolaan keuangan tersebut kepada masyarakat Kelurahan yang telah memberi amanah.
Hasil pengelolaan yang dicapai oleh UPK tercermin dalam Neraca dan Laporan Laba Rugi akhir tahun. Kedua laporan tersebut digunakan sebagai salah satu tolok ukur untuk mengevaluasi kinerja pengelolaan keuangan UPK.
Laporan Laba Rugi UPK merupakan laporan yang menunjukkan kemampuan UPK menghasilkan laba (jasa pinjaman-biaya operasional UPK) dalam rangka mengelola pinjaman bergulir. Seluruh rekening dalam laporan tersebut merupakan rekening nominal (sementara). Dalam Standar Akuntansi Indonesia, semua rekening nominal/sementara pada akhir tahun harus dilakukan penutupan rekening (tutup buku). Secara umum proses tersebut dikenal dengan jurnal penutup. Proses penutupbukuan hanya dilakukan di UPK semetara di sekretariat tidak dilakukan proses tutup buku.

Untuk lebih jelasnya proses dan tahapan dalam tutup buku di UPK, silahkan anda klik link di bawah ini :

download
Read more »

Kamis, 16 Desember 2010

LIMA CATATAN PENTING MENGENAI FASILITATOR

Sebagai seorang fasilitator pemberdayaan masyarakat, diperlukan pendekatan-pendekatan khusus agar komunitas yang didampingi mau menerima persahabatan dan bimbingan dari fasilitatornya. 
Berikut merupakan catatan-catatan penting dari beberapa pengalaman fasilitator masyarakat dalam mendampingi komunitas masing-masing.
1. Kenali Musuhmu Sebelum Maju Perang
Sebelum memasuki sebuah komunitas baru atau mencoba melakukan pendekatan terhadap sebuah kelompok masyarakat, pastikan Anda mencari tahu mengenai latar belakang kondisi sosial, budaya, ekonomi, dan bila memungkinkan juga situasi politik komunitas dampingan Anda. Hal tersebut dapat memudahkan Anda untuk memahami karakter kelompok yang akan Anda gauli, memetakan permasalahan-peremasalahan yang mereka hadapi, serta merencanakan pendekatan-pendekatan dan solusi yang dapat diambil untuk memecahkan permasalahan mereka. Langkah ini dapat diambil melalui studi literatur mengenai lokasi atau masyarakat setempat, maupun berbincang langsung dengan orang-orang yang sudah mengenali karakteristik masyarakat dampingan Anda.
2. Saya adalah Teman, Bukan Guru
Ketika berkenalan dan melanjutkan pergaulan Anda dengan komunitas dampingan, pastikan Anda menampilkan sikap persahabatan yang menjunjung persamaan. Posisikan diri Anda sebagai teman yang bisa mendampingi dan membantu anggota komunitas, tanpa mencoba menggurui atau memaksakan nilai-nilai atau kehendak Anda terhadap mereka. Dengan demikian penerimaan komunitas terhadap Anda akan lebih terbuka dan Anda akan dianggap sebagai bagian dari mereka, sehingga proses pendampingan akan menjadi lebih mudah dan lancar.
3. Jangan Berikan Iming-Iming Materi
Sejak awal perkenalan Anda dengan komunitas dampingan, pastikan Anda tidak memberikan janji-janji atau kesan bahwa mereka akan menerima bantuan materi dari Anda. Iming-iming materi beresiko menciptakan ketergantungan dan konflik antara komunitas dampingan dengan Anda. Usahakan agar Anda memberikan kesan bahwa dukungan moril melalui hubungan persahabatan serta peningkatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan dan pendampingan merupakan satu-satunya bantuan yang Anda berikan. Kalaupun ada bantuan materi, jangan tonjolkan hal tersebut, namun fokuskan agar komunitas dampingan dapat mengoptimalkan kemampuannya dalam mengelola semua modal yang berbentuk materi maupun non materi.
4. Dengarkan Suara Tiap Anggota Komunitas secara Seimbang
Sesibuk apapun Anda, upayakan agar semua anggota komunitas dampingan memiliki kesempatan untuk berbagi keluh kesahnya pada Anda. Jika Anda lalai memperhatikan salah seorang saja, atau setidaknya satu golongan tertentu, maka Anda memiliki resiko akan dicap sombong dan tidak akan dipercayai oleh anggota komunitas tertentu. Hal tersebut tentu dapat mengganggu hubungan antar personal Anda dengan komunitas dampingan. Pastikan Anda dapat membagi waktu dan perhatian Anda secara seimbang bagi semua elemen masyarakat yang membutuhkan Anda.
5. Belajar dari Kesalahan, Jangan Putus Asa
Setiap perencanaan yang Anda lakukan pasti akan menghadapi tantangan dan rintangan di jalan. Jangan putus asa jika hal yang Anda rencanakan sebelumnya tidak berjalan sesuai keinginan, atau jika penerimaan komunitas terhadap Anda tidak semulus yang perkirakan. Refleksikan kegagalan-kegagalan Anda dan upayakan mencari jalan keluar alternatif. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya apabila Anda tetap memiliki niat kuat untuk mengatasinya.


Semoga hal tersebut dapat bermanfaat bagi kita semua.
Read more »

Kamis, 09 Desember 2010

MENJADI FASILITATOR DENGAN RASA PERCAYA DIRI YANG KUAT


Percaya diri merupakan hal pertama yang harus dimiliki oleh seorang fasilitator. Biasanya fasilitator yang kurang memiliki rasa percaya diri akan banyak menghadapi kendala ketika menyajikan materi dihadapan para peserta.

Berdasarkan pengalaman, ada beberapa hal yang mungkin terjadi jika fasilitator tidak memiliki rasa percaya diri yang kuat, yaitu:
1.       Lupa mengungkapkan kata-kata yang harus disampaikan, padahal sudah direncanakan dengan baik
2.       Materi yang disampaikan lebih cepat selesai dari yang direncanakan, padahal waktu masih lama
3.       Menjadi kurang jernih dalam menanggapi permasalahan yang muncul dalam pelatihan
4.       Peserta akan meremehkan fasilitator
5.       Materi yang disampaikan menjadi tidak sistematis
6.       Sering mengalami teknik error, seperti: LCD tak jalan, materi yang ada dicari tidak ketemu, lembar kerja tidak sesuai dengan tugas yang disampaikan dsb.

Fasilitator pemula biasanya masih banyak mengalami grogi atau kurang percaya diri ketika akan tampil atau pada saat tampil dihadapan peserta. Rasa kurang percaya diri tersebut sebenarnya lebih banyak disebabkan oleh prasangka-prasangka negatif yang muncul dari dalam diri si fasilitator sendiri. Fasilitator sering merasa bahwa pesertanya lebih pinter, lebih pengalaman, lebih senior dan sebagainya. Fasilitator merasa semua orang memandang dengan tajam semua gerak-geriknya bagaikan akan melumat habis fasilitator yang berdiri seorang diri di depan.
Disamping itu rasa kurang PD seorang failitator juga bisa disebabkan karena kurang menguasai materi. Materi merupakan menu utama bagi fasilitator yang akan disajikan kepada para peserta. Jika menu utama yang disajikan tidak terkuasai dengan baik, maka akan dihidangkan menu yang ala kadarnya. Sehingga wajar kalau ”penikmat” akan merasakan hambar kemudian mencela karena merasakan tidak enak. Ketika muncul komentar yang kurang enak, maka ini akan mempengaruhi mental seorang fasilitator.

Untuk mengatasi permasalahan kurang PD tersebut, ada beberapa tips sebagai berikut:

1. Datanglah lebih awal sebelum peserta lengkap di ruangan. Lebih baik anda yang menatap wajah-wajah peserta saat memasuki ruangan dari pada anda yang ditatap oleh semua orang saat anda hadir belakangan. Ini akan sangat mempengaruhi mental anda sebagai fasilitator. Anda secara mental akan sudah menang satu point.

2. Kenalilah beberapa peserta secara baik. Ini dapat anda lakukan sesaat sebelum sesi anda dimulai. Ngobrollah dengan mereka tentang apa saja secara akrab. Ingatlah nama-namanya. Ketika tiba saatnya sesi anda, nama-nama tersebut bisa digunakan sebagai contoh dalam menjelaskan beberapa hal sekaligus sebagai orang yang ”menemani anda” saat berdiri di hadapan peserta lainnya.

3. Jangan sekali-kali menggunakan kata pengantar: ”Saya hadir di hadapan bapak ibu semua hanya dipaksa oleh panitia untuk menyajikan materi tersebut. Saya kurang kemampuannya. Nanti kalau bertanya jangan yang sulit-sulit. Saya hanya mewakili si A dan sebagainya.” Kata-kata tersebut hanya akan membuat anda menjadi diremehkan oleh peserta. Kalau peserta meremehkan anda, pasti akan muncul sikap-sikap peserta yang membuat mental anda akan menurun, seperti: tidak memperhatikan, memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat men-tes, tidak responsip dan sebagainya.

4. Persiapkan 3 M (materi, metode, dan Media) dengan baik. Persiapan yang baik akan sangat menentukan keberhasilan pelatihan. Upayakan materi dapat dikuasai dengan baik, bahkan jika memungkinkan tambahlah pengayaan-pengayaan lainnya yang berhubungan dengan materi yang akan disajikan. Gunakan juga berbagai metode penyajian yang menarik dan berfariasi. Gunakan juga media yang ada dengan sebaik-baiknya, mulai dari OHP/ LCD, papan tulis, dan pengeras suara.
Sebelum memulai sesi ada baiknya melakukan relaksasi dengan cara mengambil nafas dalam-dalam dan dihembuskan perlahan-lahan secara berulang-ulang.

5. Upayakan mengucapkan kata-kata tidak terlalu cepat. Semakin cepat kata-kata yang kita sampaikan selain kurang bisa dipahami, sebenarnya menunjukkan ketidaktenangan kita dalam berbicara. Kata-kata yang meluncur menjadi sulit dikendalikan dan tidak terarah dengan baik.

6. Manfaatkan peserta yang pandai untuk membantu presensi anda dan jangan anggap mereka adalah orang-orang yang justru akan menghambat anda.

Dan ada baiknya malam sebelum menyajikan materi kita berdo’a terlebih dahulu kepada Tuhan agar segala yang dilakukan keesokan harinya dapat berjalan sesuai dengan harapan dan memuaskan semua pihak.


Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khusunya kawan2 fasilitator pemula yang belum memiliki rasa percaya diri yang kuat.

 
Sumber bajarnegarambs.wordpress.com

Untuk download postingan di atas, silahkan anda klik link download di bawah ini :

download
Read more »

Rabu, 08 Desember 2010

KIAT TENTANG SIKAP DAN PERILAKU SEORANG FASILITATOR

Kiat sederhana tentang sikap dan perilaku seorang fasilitator, yang dijadikan pegangan dasar bagi mereka yang akan mendampingi masyarakat dalam program nasional pemberdayaan masyarakat, sebagai berikut:
1.      Bersikap sabar: aspek utama pendampingan adalah proses belajarnya, jika kurang sabar melihat proses yang kurang lancar lalu mengambil alih proses itu, berarti kita telah mengambil alih kesempatan belajar masyarakat, termasuk kesempatan masyrakat untuk berpendapat.
2.    Mendengarkan dan tidak mendominasi: karena pelaku utama adalah masyarakat, kita seyogyanya memberi kesempatan agar masyarakat aktif berpendapat, pengalihan peran dari fasilitator kepada masyarakat dapat dilakukan sedikit demi sedikit
3.       Menghargai dan rendah hati: hargai masyarakat dengan menunjukan minat yang sungguh-sungguh pada pengetahuan dan pengalaman mereka
4.       Mau belajar: kita tidak dapat bekerja sama dengan masyarakat apabila tidak ingin memahami atau belajar tentang mereka. Seringkali “orang luar” (pendamping masyarakat) menganggap masyarakat yang serba ketinggalan yang perlu belajar, padahal kita bisa juga belajar mengenai ‘mengapa’ sebuah masyarakat mengalami ketinggalan
5.       Bersikap sederajat: seringkali kita membandingkan keadaan masyarakat miskin dengan lingkungan lain yang dianggap lebih maju, hal ini perlu dihindari dengan mengembangkan sikap kesederajatan agar kita diterima sebagai teman atau mitra kerja oleh masyarakat
6.       Bersikap akrab dan melebur: hubungan dengan masyarakat sebaiknya dilakukan dengan informal, akrab dan santai, sehingga suasana kesederajatanpun tercipta. Masyarakat biasanya senang apabila kita tidak sungkan untuk melebur kedalam kehidupan mereka.
7.       Tidak menggurui: orang dewasa memiliki pengalaman dan pendirian, karena itu kita tidak akan berhasil apabila kita bersikap sebagai guru yang serba tahu, sebaiknya kita belajar dengan saling berbagi pengalaman, agar diperoleh suatu pemahaman yang kaya
8.       Berwibawa: meskipun di dalam suasana yang akrab dan santai, seorang fasilitator sebaiknya menunjukan kesungguh-sungguhan di dalam bekerja bersama masyarakat, dengan demikian masyarakat akan menghargainya
9.       Tidak memihak, menilai dan mengkritik: ditengah masyarakat seringkali terjadi pertentangan pendapat. Kita tidak boleh menilai dan mengkritik semua pendapat, juga tidak boleh bersikap memihak. Secara netral kita berusaha memfasilitasi komunikasi di antara pihak-pihak yang berbeda pendapat, untuk mencari kesepakatan dan jalan keluarnya
10.   Bersikap terbuka: biasanya masyarakat akan lebih terbuka apabila telah tumbuh kepercayaan kepada pihak luar, juga jangan segan untuk berterus terang bila merasa kurang mengetahui sesuatu, agar masyarakat memahami bahwa semua orang selalu masih perlu belajar
11.   Bersikap positif: kita mengajak masyarakat untuk mamahami keadaan dirinya dengan menonjolkan potensi-potensi yang ada, bukan sebaliknya mengeluhkan keburukan-keburukannya. Perlu diingat, potensi terbesar setiap masyarakat adalah kemauan dari manusianya sendiri untuk merubah keadaan


Sumber : http://www.fasilitator-masyarakat.org/
Read more »

Minggu, 05 Desember 2010

PENDAMPINGAN SEBAGAI STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (BAHAN BACAAN)

Sangat beragam definisi pemberdayaan masyarakat yang berkembang hingga saat ini, salah satunya adalah definisi yang dikemukakan oleh Ife (1995:182),
“Providing people with the resources, opportunities, knowledge and skills to increase their capacity to determine their own future, and to participate in and affect the life of their community”.
(Menyiapkan kepada masyarakat berupa sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keahlian untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam menentukan masa depan mereka, serta berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri).

Berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Korten, dalam konteks pekerjaan sosial, Payne dalam Adi (2003:h.54) mengemukakan bahwa:
“Proses pemberdayaan pada intinya ditujukan guna membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya”.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas, pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses untuk meningkatkan kemampuan atau kapasitas masyarakat dalam memamfaatkan sumber daya yang dimiliki, baik itu sumber daya manusia (SDM)  maupun sumber daya alam (SDA) yang tersedia dilingkungannya agar dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Namun upaya yang dilakukan tidak hanya sebatas untuk meningkatkan kemampuan atau kapasitas dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi juga untuk membangun jiwa kemandirian masyarakat agar berkembang dan mempunyai motivasi yang kuat dalam berpartisipasi dalam proses pemberdayaan. Masyarakat dalam hal ini menjadi pelaku atau pusat proses pemberdayaan. Hal ini juga dikuatkan oleh pendapat Sumodingrat (2009:7), yang mengemukakan bahwa masyarakat adalah makhluk hidup yang memiliki relasi sosial maupun ekonomi, maka pemberdayaan sosial merupakan suatu upaya untuk membangun semangat hidup secara mandiri dikalangan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing secara bersama-sama.

Dalam upaya pemberdayaan masyarakat perlu adanya suatu strategi yang nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Salah satu strategi yang tidak umum dipakai dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah pendampingan. Menurut Sumodiningrat (2009:106), pendampingan merupakan kegiatan yang diyakini mampu mendorong terjadinya pemberdayaan fakir miskin secara optimal. Perlunya pendampingan dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan pemahaman diantara pihak yang memberikan bantuan dengan sasaran penerima bantuan. Kesenjangan dapat disebabkan oleh berbagai perbedaan dan keterbatasan kondisi sosial, budaya dan ekonomi. Dalam melaksanakan tugasnya, para pendamping memposisikan dirinya sebagai perencana, pembimbing, pemberi informasi, motivator, penghubung, fasilitator, dan sekaligus evaluator.

Sumodiningrat (2009:104-106) lebih dalam menjelaskan bahwa bagi para pekerja sosial dilapangan, kegiatan pemberdayaan dapat dilakukan melalui pendampingan sosial. terdapat 5 (lima) kegiatan penting yang dapat dilakukan dalam melakukan pendampingan sosial, yaitu:

1.       Motivasi
Masyarakat khususnya keluarga miskin perlu didorong untuk membentuk kelompok untuk mempermudah dalam hal pengorganisasian dan melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat. Kemudian memotivasi mereka agar dapat terlibat dalam kegiatan pemberdayaan yang nantinya dapat meningkatkan pendapatan mereka dengan menggunakan kemampuan dan sumber daya yang mereka miliki.

2.       Peningkatan Kesadaran dan pelatihan kemampuan
Disini peningkatan kesadaran masyarakat dapat dicapai melalui pendidikan dasar, pemasyarakatan imunisasi dan sanitasi, sedangkan untuk masalah keterampilan bisa dikembangkan melalui cara-cara partisipatif. Sementara pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat melalui pengalaman mereka dapat dikombinasikan dengan pengetahuan yang dari luar. Hal-hal seperti ini dapat membantu masyarakat miskin untuk menciptakan sumber penghidupan mereka sendiri dan membantu meningkatkan keterampilan dan keahlian mereka sendiri.

3.       Manajemen diri
Setiap kelompok harus mampu memilih atau memiliki pemimpin yang nantinya dapat mengatur kegiatan mereka sendiri seperti melaksanakan pertemuan-pertemuan atau melakukan pencatatan dan pelaporan. Disini pada tahap awal, pendamping membantu mereka untuk mengembangkan sebuah sistem. Kemudian memberikan wewenang kepada mereka untuk melaksanakan dan mengatur sistem tersebut.

4.       Mobilisasi sumber
Merupakan sebuah metode untuk menghimpun setiap sumber-sumber yang dimiliki oleh individu-individu yang dalam masyarakat melalui tabungan dan sumbangan sukarela dengan tujuan untuk menciptakan modal sosial. hal ini didasari oleh pandangan bahwa setiap orang memiliki sumber daya yang dapat diberikan dan jika sumber-sumber ini dihimpun, maka nantinya akan dapat meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat secara substansial. Pengembangan sistem penghimpunan, pengalokasian, dan penggunaan sumber-sumber ini perlu dilakukan secara cermat sehingga semua anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan hal ini dapat menjamin kepemilikan dan pengelolaan secara berkelanjutan.

5.       Pembangunan dan pengembangan jaringan
Pengorganisasian kelompok-kelompok swadaya masyarakat perlu disertai dengan peningkatan kemampuan para anggotanya membangun dan mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial disekitarnya. Jaringan ini sangat penting dalam menyediakan dan mengembangkan berbagai akses terhadap sumber dan kesempatan bagi peningkatan keberdayaan masyarakat miskin.

Dalam strategi pemberdayaan masyarakat, upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kemampuan atau kapasitas masyarakat khususnya masyarakat miskin. Meningkatkan kemampuan dan kapasitas masyarakat ini disebut juga dengan penguatan kapasitas (capacity building). Penguatan kapasitas ini merupakan suatu proses dalam pemberdayaan masyarakat dengan meningkatkan atau merubah pola perilaku individu, organisasi, dan sistem yang ada di masyarakat untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien.  
Melalui penguatan kapasitas ini, maka masyarakat dapat memahami dan mengoptimalkan potensi yang mereka miliki untuk mencapai tujuan pemberdayaan, yaitu kesejahteraan hidup masyarakat. Strategi yang digunakan dalam penguatan kapasitas ini adalah melalui pendampingan. Jadi, strategi pendampingan sangat efektif dan efisien dalam proses pemberdayaan masyarakat, karena dengan adanya pendampingan maka kapasitas masyarakat dapat dikembangkan atau diberdayakan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dan secara tidak langsung dapat membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat kemiskinan.

Sumber Referensi:
Adi, Isbandi Rukminto. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, dan Intervensi Komunitas : Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Sumodiningrat, Gunawan. 2009. Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa: Menanggulangi Kemiskinan dengan Prinsip Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.
Ife, Jim.1995.Community Development: Creating Community Alternatives Vision Analysis & Practise. Sydney: Addison Wesley Longman Australia Pty Ltd.
Read more »

Sabtu, 04 Desember 2010

PENGELOLAAN EKONOMI RUMAH TANGGA

Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga adalah tindakan untuk merencanakan, melaksanakan, memonitor, mengevaluasi dan mengendalikan perolehan dan penggunaan sumber-sumber ekonomi keluarga khususnya keuangan agar tercapai tingkat pemenuhan kebutuhan seluruh anggota keluarga secara optimum dan memastikan adanya stabilitas dan pertumbuhan ekonomi keluarga.

Manfaat Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga yang dilakukan dengan baik adalah sebagai berikut :
Ø  Kebutuhan ekonomi seluruh anggota keluarga dapat terpenuhi secara optimal.
Ø  Menjaga stabilitas kehidupan ekonomi keluarga.
Ø  Pertumbuhan ekonomi keluarga.

Prinsip Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga adalah upaya untuk selalu meningkatkan pendapatan dan melakukan pengendalian pengeluaran dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga agar terdapat surplus (kelebihan) secara kontiyu yang diakumulasikan menjadi kekayaan semakin besar.

Sikap Dasar Yang Diperlukan Dalam Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga :
1.     Kesadaran dan motivasi yang kuat dari semua anggota keluarga untuk mencapai pertumbuhan dan kehidupan ekonomi yang baik.
2.  Menggerakkan seluruh kemampuan dan potensi ekonomi keluarga guna mencapai tingkat pendapatan yang lebih tinggi.
3.      Adanya keterbukaan, kejujuran, disiplin serta kerja sama semua anggota keluarga.
4. Adanya pengendalian berupa perencanaan ekonomi rumah tangga dan pengendalian pelaksanaannya sehari-hari secara taat dan disiplin.
5.      Adanya susunan prioritas kebutuhan dan alokasi sumber ekonomi keluarga yang didasarkan atas tingkat kemendesakan kebutuhan dan bukan sekedar keinginan.



Unsur-Unsur Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga (ERT)
1.      Pendapatan Keluarga
Menghitung pendapatan keluarga bagi keluarga yang tidak mempunyai pendapatan tidak tetap misal petani. Menghitung pendapatan keluarga artinya menjumlahkan semua penghasilan yang diperoleh oleh semua anggota keluarga dari berbagai jenis sumber. Perencanaan dan prediksi pendapatan keluarga ini seyogyanya disusun oleh seluruh anggota keluarga setiap akhir bulan untuk merencanakan pendapatan keluarga bulan berikutnya.
2.      Rencana Pengeluaran
Pengeluaran keuangan yang terjadi dalam sebuah keluarga sebagian besar adalah untuk memenuhi keinginan, sehingga keuangan keluarga tekor atau lebih besar pasak daripada tiang. Pengeluaran keuangan sebuah keluarga sebaiknya didasarkan atas kebutuhan bukan keinginan.
3.      Catatan Realisasi Pendapatan dan Pengeluaran
Tidak ada manfaat menyusun rencana kalau tidak secara disiplin rencana tersebut dilaksanakan. Pencatatan dan monitoring dimaksdukan untuk memperoleh data sebagai bahan dalam melakukan evaluasi, apakah rencana yang disusun dapat dilaksanakan; apa terdapat penyimpangan; seberapa besar penyimpangan tersebut; mengapa bisa terjadi dan bagaimana memperbaikinya.
4.      Pandangan dan Sikap Yang Tepat Tentang tabungan
Selama ini terdapat sikap yang salah tentang menabung, anggapan yang ada selama ini orang dapat menabung apabila terdapat sisa pendapatan setelah dipergunakan untuk membiayai berbagai kebutuhan keluarga.
Sebenarnya menabung merupakan kunci untuk memperbaiki kehidupan ekonomi. Menabung lebih merupakan gejala sikap, perilaku dan disiplin manusia. Menanamkan kebiasaan menabung merupakan upaya strategis mengatasi kemiskinan.
Menabung dapat dilihat dari 2 sisi yaitu menyisihkan bagian dari pendapatan dan penghematan dari setiap rupiah pengeluaran.
5.      Musyawarah Keluarga (Suami, Isteri dan Anak-Anak)
Sangat jarang keluarga memiliki tradisi musyawarah, apalagi yang didayagunakan untuk tujuan ekonomi. Musyawarah keluarga dilakukan tidak hanya suami dan isteri, tetapi juga anak-anak yang telah dapat mengerti.
Musyawarah terutama bertujuan untuk menyusun rencana keuangan keluarga bulan berikutnya dan mengevaluasi pelaksanaan rencana anggaran bulan sebelumnya, memperbaiki kesalahan dan memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan ekonomi keluarga.

Read more »

 
Great HTML Templates from easytemplates.com.